Gratis Tabungnya, Nyawa Taruhannya

Sabtu, 07 Agustus 2010


Hari-hari bermasalah setelah diluncurkannya program konversi minyak tanah ke gas. Masalah pun mnyeruak ke permukaan setelah adanya korban dari penggunaan gas tersebut. Ada yang luka ringan, luka bakar, luka berat, bahkan nyawa melayang. Secara spikologis ada yang shock, trauma, dan kapok menggunakan gas LPG 3 kg. Para korban tentu saja masyarakat pedesaan, orang kampung yang nota bene miskin.

Masalah utama bukan di tabung gas elpiji 3 kg, tapi di leher tabung gas 3 kg yang tidak standar. Ada yang kecil sehingga ketika regulator dipasang jadi longgar. Gas dari tabung 3 kg keluar atau bocor sebelum masuk ke regulator dan selang. Untuk mengatasinya biasanya dengan mengganti karet hitam yang ada di lubang leher tabung, atau leher tabung itu diikat dengan karet gelang supaya pas dengan lubang regulator, atau  regulator nya ditindih dengan beban sehingga tertekan.  
Masalah kedua adalah regulator yang mudah rusak; patah pengncinya atau tidak berfungsi sama sekali.
Masalah ketiga: selang yang mudah patah atau sobek apalagi selang yang dekat dengan kompor. Selang di bagian itu pasti terkena cipratan minyak goreng atau air panas.
Masalah keempat: Dapur atau ruangan dimana tabung gas LPG 3 kg itu berada tidak cukup pentilasi sehingga sirkulasi udara tidak ada dan gas yang bocor dari tabung LPG 3 kg tidak segera mencair. 
Masalah kelima: Dipaksakan. Masyarakat dipaksa berpindah menggunakan gas dengan Program konversi minyak tanah ke gas. Dulu tidak ada konversi dari kayu bakar ke minyak tanah. Masyarakat berpindah sendiri dengan suka dari kayu bakar ke minyak tanah. Masyarakat merasa enjoy dengan menggunakan minyak tanah. Dipaksanya masyarakat menggunakan gas pasti menimbulkan masalah. Sebagian Masyrakat belulm siap menggunakan gas, bahkan ada yang tegas menolak tabung gratis tersebut. Takut adalah salah satu alasannya. Sampai saat ini pun ada warga yang tidak berani memasang kan  regulator ke tabung baru manakala tabung gas 3 kg yang lama sudah habis adajuga yang tidak berani menyalakan kompor gas. Untuk memasang regulator atau menyalakankompor  ia meyuruh anaknya, mantunya atau orang lain. Takut meledak... Masyarakat belum enjoy menggunakan kompor gas 3 kg. Dengan adanya kejadian gas meledak itu semakin tidak enjoy saja.....